Selalu ada hal positif yang bisa diserap dari riwayat dan tapak tilas para ulama salaf. Teladan dan keberhasilannya dalam berbagai bidang bisa menjadi pelajaran bagi generasi saat ini. Di antara sekian banyak ulama inspiratif itu adalah Imam Yahya bin Abi Zaidah. Perjalanan intelektualnya, produktivitasnya dalam menulis, hingga keulamaannya diakui para ulama lain dan patut dicontoh. Nama lengkapnya adalah Imam Yahya bin Zakaria bin Abi Zaidah bin Maimun al-Aslami bin Fairuz al-Hamdani al-Wadi’i al-Kufi al-Hamdani al-Hanafi. Beliau lahir pada masa Imam Abu Hanifah an-Nu’man, yang sekaligus merupakan salah satu guru darinya. Oleh karenanya, afiliasi fiqihnya terpengaruhi oleh gurunya, Abu Hanifah. Kendatipun namanya hingga kini tetap harum dan selalu dikenang sepanjang zaman, tetapi tempat dan tahun kelahiran ulama yang satu ini belum diketahui secara persis. Tidak ada riwayat yang penulis temukan secara pasti perihal tahun kelahiran hingga wafatanya. Akan tetapi, dengan menelisik jalan hidupnya, Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman ad-Dzahabi (wafat 748 H) dalam kitabnya bisa menengarai bahwa Imam Yahya bin Zakaria dilahirkan sekitar paruh pertama abad kedua, tepatnya pada tahun 120 H, dan wafat pada bulan Jumadal Ula tahun 183 H, kemudian dimakamkan di kota Kufah, sebagaimana nisbat pada namanya, al-Kufi. (Ad-Dzahabi, Siyaru A’lamin Nubala, [Muassasah ar-Risalah, cetakan ketiga: 1405 H/1985 M, tahqiq: Imam Syu’ib], juz XI, halaman 72).